Nikotin dan Label pada Penggunanya


Rasanya nikotin sudah tak asing lagi ada di tengah masyarakat. Nikotin sendiri merupakan zat yang terdapat pada tembakau dan dapat menyebabkan kecanduan. Meski dapat memiliki beberapa akibat yang merugikan dan menyebabkan kecanduan bila dikonsumsi dalam dosis yang tak sedikit, masih saja banyak yang mengonsumsinya.

Mereka yang mengonsumsi ini bisa dikatakan tak mengenal batasan gender, bahkan umur. Tak  sedikit kan kita memergoki anak-anak kecil yang merokok karena penasaran. Wajar mereka merasa penasaran, tak jarang mereka melihat orang sekitarnya, misalnya orang tua mereka yang merokok. Bukan berarti fenomena anak-anak yang merokok adalah kesalahan dan kelalaian orang tua, mereka juga pasti melarang, tapi apa daya rasa penasaran mereka mungkin makin tinggi ketika larangan ini mereka dengar.

Selanjutnya, mari kita ingat kembali peniliaian yang masyarakat berikan kepada para konsumen nikotin ini. Zaman sekarang tak hanya rokok konvensional yang kita kenal sebagai produk dengan nikotin, ada vape. Bedanya vape dengan rokok konvensional itu adalah selain menggunakan baterai sebagai “pemantik”, vape juga menggunkanan liquid atau cairan sendiri yang tentu saja mengandung nikotin. Masyarakat masih anggap laki-laki yang merokok dan ngevape adalah hal lumrah, biasa, dapat diterima, bahkan bisa menimbulkan kesan pria yang sangat jantan dan keren. Mari bergeser sedikit ke perempuan? Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap perempuan yang mengonsumsi nikotin bahkan tempat umum?

Ketika perempuan menghembuskan asap dari mulutnya dan memegang sebatang rokok atau pun vape, tak jarang mereka mendapatkan pandangan aneh, jijik, dan bahkan berujung pada bahan pembicaraan masyarakat yang lewat. Mengapa bisa begini? Laki-laki dipandang perkasa sedangkan perempuan dipandang hina karena hal ini. Peniliaiannya akan lebih parah ketika perempuan berhijab, hampir bahkan sering kali dikaitkan dengan agama yang dianut.

Fenomena ini tentunya dikarenakan masyarakat negara ini masih menganggap maskulin lebih dari feminin. Tentu saja hal ini diterapkan pada banyak hal, contohnya ya kegiatan mengonsumsi nikotin ini. Tidak, tulisan ini bukan untuk memberi semangat dan mengagungkan kegiatan mengonsumsi nikotin, sama sekali bukan. Bila iya, pastilah tulisan dan penulisnya diprotes habis-habisan oleh kaum yang belakangan tidak disukai oleh warganet, padahal sejarah dan tujuan awal dari kaum ini baik-baik saja, Social Justice Warrior (SJW). Mereka kemungkinan besar akan protes karena kegiatan ini selain lebih banyak kerugian disbanding keuntungannya, kegiatan ini sering dibilang merampas hak orang lain untuk menghirup udara sehat dan bersih.

Lantas sebenarnya apa inti dari tulisan ini? Cobalah lebih mengerti dan tak terlalu cepat memberi label buruk pada hal yang jarang ditemui atau pun berbeda. Kita sebenarnya tak tahu apa yang terjadi dalam kehidupan para konsumen nikotin tersebut, yang tetap mengonsumsi meski sudah diperingatkan bahwa nikotin menyebabkan kecanduan pada kemasannya. Baik perempuan atau pun laki-laki sama-sama memiliki ha katas hidupnya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Daripada Demo Sana-Sini

Estetis Kudu Grainy?

Palsu? Yang Penting Murah!