Memangnya Seberapa Kuat?



Menuju akhir bulan September tahun 2019 ini ternyata banyak sekali hal menarik. Salah satunya adalah serangkaian aksi unjuk rasa yang dilakukan mulai dari mahasiswa dari berbagai daerah, para pelajar yang masih berseragam sampai dengan rencana pekerja yang juga akan melakukan aksi serupa. Isu yang diangkat pada runtutan aksi ini kurang kebih sama semua dan tentu saja dengan motif yang hampir sama, yaitu kekecewaan dan kritik kepada para anggota dewan yang katanya mewakili rakyat.

Fenomena menarik pada runtutan aksi ini adalah penggunaan bahasa yang "sangat santai". Biasanya, pada aksi sebelum-sebelumnya, poster berisi tulisan ini memang selalu berisi kritikan dan sindiran, namun dengan bahasa yang lebih kaku dan dianggap berkelas juga intelektual. 

Penulis melihat fenomena sebagai fenomena yang menyenangkan. Para pengunjuk rasa lebih memperhatikan bagaimana cara pesan mereka bisa sampai dan seperti keinginan para aparat dan pihak yang dikritik, agar demo ini tak berjalan terlalu tegang dan mencekam. Alih-alih menggunakan bahasa sok ilmiah nan tinggi, para pengunjuk rasa ini menggunakan guyonan yang sarkas. Meski begitu, tak sedikit pula masyarakat yang khawatir bahwa pesan seperti ini sampai dengan makna yang sama dilihat dari respon para petinggi negara dari diskusi bersama mahasiswa di televisi maupun balasan mereka di media sosial. Rangkuman dari respon mereka ya malah merendahkan dan merasa lebih cerdas dari pemilik poster. Maksud hati memancarkan citra diri yang cerdas dan terpelajar, hal ini malah membuat rakyatnya kesal dan juga tentunya menyesal. Kenapa orang-orang seperti mereka, dulu atau pun sekarang bisa memilki jabatan dan berkuasa sih?

Ga sedikit kok yang mempermasalahkan penggunaan guyonan dan sarkas pada poster pendemo ini. Bakan banyak yang menilai ini ga pantas dan malah membuat isu tandingan karena ini, agak lucu ga sih? Tapi secara garis besar, sebenarnya langkah ini bagus. Komunikasi dengan bahasa seperti ini tak terbatas untuk kaum intelektual. Masyarakat juga peka bahwa ini bukan hanya sekadar candaan, tetapi merupakan teguran secara halus, ya katakanlah saja halus.

Fenomena lain adalah adanya dua kubu masyarakat dalam menyampaikan pendapat di sosial media, salah satunya Twitter. Kubu pertama, mereka yang mendorong dan berterima kasih atas segala aksi penyampaian pendapat. Mereka bahkan menghargai aksi sekecil retweet di Twitter dan terbuka pada segala jenis pendapat meski berbeda. Nah yang satu lagi ini sebenarnya sedikit menyebalkan menurut penulis, mereka yang beranggapan bahwa tidak semua orang berhak mengeluarkan pendapat tentang isu hangat karena menurut mereka yang berhak adalah yang kompeten alias memiliki pengetahuan dan latar belakang mendukung. Mereka bahkan tak jarang melabeli orang memiliki motif ketenaran semata di sosial media.

Sekilas fenomenanya kok remeh ya? Namun oh namun, sebetulnya ga seremeh itu kok! Banyak yang sudah tahu sebenarnya bahasa memiliki kekuatan sendiri bahkan bisa dinilai kuat. Banyak pasal di negara tercinta kita ini yang dapat menjerat mereka bila penyampaian pendapat dengan bahasa yang "salah". Salah ya dalam hal ini penerima pesan merasa dihina. Begitu juga fenomena warga pengguna sosial media "gue boleh melabeli lo abcde karena gue lebih pinter dan punya pendidikan mendukung ga kaya lo". Tanpa sadar mereka mempengaruhi pertimbangan keputusan seseorang untuk menyampaikan pendapat mereka, ya meski itu hak tiap orang. Apa sesusah itu ya memberi penjelasan bagi yang berpendapat namun kalian nilai kurang mengetahui isu tanpa merendahkan dulu? Padahal jadi banyak yang mundur dan tak jadi menyuarakan pendapat mereka karena segelintir orang merasa superior ini, ya lalu apa bedanya sama sikap para wakil rakyat yang belakangan muncul di media dan ditafsirkan merendahkan?

Mungkin segitu saja mengenai pembahasan penggunaan poster-poster yang dinilai guyonan tapi nyentil ini oleh penulis.Teruntuk kalian yang masih merendahkan kesoktahuan kami tak mengerti secuil pun tentang isu karena kalian didukung pengetahuan dan pendidikan mumpuni, bagi-bagi dong kak ilmunya? Kami juga mau tercerahkan atas isu ini! Tapi tolong dengan sangat jangan rendahkan kami dulu karena kami tak mengetahui apa pun, ya?

Comments

Popular posts from this blog

Daripada Demo Sana-Sini

Estetis Kudu Grainy?

Palsu? Yang Penting Murah!